Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR) untuk Menurunkan PTSD pada Korban Inses

Authors

  • Dwi Sari Rizki Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jl. Kapas No 9, Semaki Yogyakarta, Indonesia
  • Khoirudin Bashori Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jl. Kapas No 9, Semaki Yogyakarta, Indonesia
  • Elli Nur Hayati Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jl. Kapas No 9, Semaki Yogyakarta, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.26555/humanitas.v14i1.5032

Keywords:

incest, ptsd, terapi emdr

Abstract

Kekerasan seksual terhadap anak perempuan dapat memicu terjadinya PTSD (post-traumatic stress disorder) yang menyebabkan individu menjadi tidak berdaya seumur hidupnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) dalam menurunkan PTSD (post-traumatic stress disorder) yang diderita oleh seorang remaja putri korban inses yang didampingi oleh YLPA (Yayasan Lembaga Perlindungan Anak) DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta). Subjek dalam penelitian ini yang mengalami PTSD adalah remaja puteri berusia 17 tahun dengan gejala PTSD sebagaimana diukur dengan IES-R (Impact of event scale-Revised). Penelitian ini dilakukan dengan desain eksperimen kasusu tunggal (single case experimental design) dengan desain A-B-A-B dan follow up. Wawancara dan observasi kualitatif juga dilakukan untuk melihat pengalaman subjektif subjek selama menjalani terapi EMDR. Perlakuan terapi EMDR dilaksanakan dalam tujuh sesi. Hasil penelitian menunjukkan menurunnya skor PTSD dari prates (skor 35), pascates (skor 4), dan follow up (skor 3). Hasil wawancara dan observasi juga menunjukkan bahwa subjek telah dapat mengelola emosi negatifnya, dan dapat mengontrol dirinya sendiri ketika melihat objek yang menstimulasi traumanya, serta telah dapat menemukan keyakinan baru yang positif. Berdasarkan termuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa EMDR dapat menurunkan skor PTSD yang diderita oleh remaja putri korban inses di YLPA DIY.

References

Adler-Tapia,R., & Settle, C.(2009). Evidence of the efficacy of EMDR with children and adolescents in individual psychotherapy: A review of the research published in peer-reviewed journals. Journal of EMDR Practice and Research, 3(4), 242-247.

Allon, M. (2015). EMDR group therapy with women who were sexually assaulted in the congo. Journal of EMDR Practice and Research, 9(1), 28-34.

Anna, T.M., Backstrom., Sondergaard., Torbjorn., Peter, H. Helstrom & Lotti. (2014). Identifying risk factors for ptsd in women seeking medical help after rape. Plos One, 9(10), 1-9.

Bittles, A.H. (2012). Consanguinity in Context. London: Cambridge University Press.

Connor, K.M & Butterfield, M.I. (2003). Posttraumatic stress disorder. Fokus The Journal of Lifelong Learning in Psychiatry, I(3),247-262.

Direktori Perlindungan Korban Kekerasan Daerah Istimewa Yogyakarta edisi ketiga. (2013). Forum perlindungan korban kekerasan DIY. Badan pemberdayaan perempuan dan masyarakat DIY.

Durand, V. M. & Barlow, D. H.(2006). Psikologi abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Farkas, L., Cyr, M., Lebeau, T.M., & Lemay. J. (2010). Effectivenessof MASTR EMDR therapy for traumatized adolescents. Journal of Child & Adolescent Trauma, 3(2), 125-142.

Finkelhor, D. Sexually Victimized Children. (2010). London: The Free Press.

Komnas Perlindungan Anak Indonesia, http://news.bisnis.com/read/20140519/79/229045/indonesia-darurat-kejahatan- seksual-terhadap-anak (diakses pada April 2016).

Korn,D.L.(2009). EMDR and the treatment of complex PTSD:A review. Journal of EMDR Practice and Research, 3( 4), 264-278.

Krug, E.G., Dahlberg, L.L., Mercy, J.A., Zwi, A.B. and Lozano, R. (2002). World report onviolence and health. Geneva: WHO.

Leeds, A. M. (2009). A guide to the standard EMDR protocols forclinicians, supervisors, and consultants. New York: Springer Publishing Company.

Leitch,M.L.(2007).Somatic experiencing treatment with tsunami survivors inThailand: Broadening the scope of early intervention. Traumatology, 13(3), 11-20.

Nevid, J. S., Rathus, S.A., & Greene, B. (2003). Psikologi abnormal. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Rauch,S.A.M,Cahill, S.P.(2003). Treatment and prevention of posttraumatic stress disorder. Cinical Fokus Primary Psychiatry, 10(8), 60-65.

Ricci, R.J. (2006). Trauma resolution using eye movement desensitization and reprocessing with an incestuous sex offender. Clinical Case Studies, 5(3), 248-265.

Romauli, S., & Vindari, A.M. (2012). Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Shapiro, F. (2001). Eye movement desensitization and reprocessing: Basic principles, protocols, and procedures, 2nd ed. New York: The Guilford Press.

Solomon, R.M., &Shapiro, F. (2008). EMDR and the Adaptive Information Processing Model: Potential Mechanisms of Change. Journal of EMDR Practice and Research, 2(4), 315-325.

Taylor, S., Thordarson, D.S., Fedoroff, I. C., Maxfield, L., Lovell, K., & Ogrodniczuk, J. (2003). Comparative efficacy, speed and adverse effects of three PTSD treatments: Exposure therapy, EMDR and relaxation training. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 71(2), 330-338.

Downloads

Published

2017-02-01

Issue

Section

Articles