Peningkatan kemampuan memecahkan masalah antara model penalaran kausal berbasis etnosains dan sains modern

Authors

  • Supriyadi Supriyadi Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Musamus
  • Haeruddin Haeruddin Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Tadulako
  • Nurjannah Nurjannah Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Tadulako

DOI:

https://doi.org/10.12928/jrkpf.v3i2.5142

Abstract

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan memecahkan masalah fisika antara model penalaran kausal berbasis etnosains dengan sains modern. penelitian ini menggunakan desain penelitian "The Non Equivalen Pretest-Postest Design". Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pada MA Al-Khairaat Pusat Palu. Sampel dipilih secara Proportional Sample, dengan sampel penelitian adalah kelas XD dan kelas XC. Hasil analisa data yang diperoleh adalah kemampuan memecahkan masalah fisika kelas eksperimen pertama rata-rata 17,11 dengan standar deviasi 3,82 dan kelas eksperimen kedua rata-rata 14,30 dengan standar deviasi 4,07. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh thit = 2,03 dengan kriteria adalah terima Ho jika -2,02 < t < 2,02 dan tolak Ho dalam hal lainnya. nilai thitung berada di luar penerimaan Ho. Dengan demikian Ho ditolak sedangkan H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah antara model penalaran kausal berbasis etnosains dengan sains modern.

 

This study aims to determine the difference between the ability to solve problems of physics-based models of causal reasoning etnosains with modern science. The design of this research study "The Non equivalent Pretest-Posttest Design". The study population was all students of class X in the MA Al-Khairaat Palu Center. Samples selected Proportional Sample, the sample is first class and the class XC XD. Results of analysis of the data obtained is the ability to solve the problem of experimental physics first class average of 17.11 with a standard deviation of 3.82 and the second experimental class average of 14.30 with a standard deviation of 4.07. Based on the hypothesis testing results obtained thit = 2.03 with the criteria is accept Ho if -2.02 <t <2.02 and reject Ho in other cases. tcount is outside the reception Ho. Thus Ho is rejected while H1 is accepted and concluded that there are differences between the models of problem-solving skills-based causal reasoning etnosains with modern science.

References

Aikenhead, G. S., & Jegede, O. J. 1999. “Cross-cultural Science Education: a Cognitive Explanation of a Cultural Phenomenonâ€, dalam Journal of Research in Science Teaching.

Poedjiadi, Anna. (2010). Sains Teknologi Masyarakat . Bandung : Rosda.

Suastra,I.W. 2005. Merekonstruksi Sains Asli dalam Rangka Mengembangkan Pendidikan Sains Berbasis Budaya Lokal di Sekolah. Disertasi. Tidak Dipublikasikan.

Carey, S. (2002). The Origin of Concepts: Continuing the Conversation. In N. L. Stein, P. J. Bauer, & M. Rabinowitz (Eds.), Representation, Memory, and Development: Essays in honor of Jean Mandler (pp. 43–52). Mahwah, NJ: Erlbaum.

Sunyono, Aryono. 1985. Kamus Antropologi. Akademika Pressindo. Jakarta.

Kelley, H. H. (1973). The Process of Causal Attribution. American Psychologist, 28, 107–128.

Hung, and Jonassen. (2006). “Conceptual Understanding of Causal Reasoning in Physicsâ€. International Journal of Science Education. 28, (13), 1601-1621.

Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan (pendekatan Kunatitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Nurjannah. (2008). Pengaruh Penggunaan Model Penalaran Kausal dan Kolaborasi Terstruktur terhadap Kemampuan Mahasiswa Calon Guru dalam Memecahkan Masalah Medan Magnetik. Proceeding of The Second International Seminar on Science Education. Pendidikan IPA SPs UPI, Bandung, 2008.

Downloads

Published

2016-11-08